Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Ta'awwudz 3




Di tengah kemajuan ilmu, strategi, keberhasilannya dalam menyesatkan manusia, syaitan mengakui bahwa ada beberapa golongan yang syaitan sendiri mengaku kalah, dan dijamin oleh Allah swt. bahwa syaitan tidak akan memiliki kemampuan apa-apa ketika berhadapan dengan mereka. Golongan-golongan tersebut adalah:


1. al-Mukhlashin; yaitu orang-orang yang ikhlas dalam semua aspek kehidupannya;
“Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (82). Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka (83). (Shad 38 :82-83)

2. amanuu; yaitu orang-orang yang beriman;

3. Yatawakkalun; yaitu orang-orang yang bertawakkal, berserah diri, dan memohon untuk selalu diberi petunjuk di dalam setiap langkah hidupnya.

            Mungkin akan muncul pertanyaan dalam benak kita, mengapa 3 golongan ini saja yang disebut sebagai golongan yang syaitan sendiri mengaku kalah dan Allah swt. menjamin bahwa syaitan tidak memiliki kemampuan dalam berhadapan dengan mereka ? Mari kita lihat bersama keistimewaan ketiga golongan ini:

1. al-Mukhlashin (orang-orang yang ikhlas)
            Mereka adalah orang-orang yang menjadikan Allah swt. sebagai tujuan utama dalam setiap gerak-gerik perbuatannya. Jika ia bertani, maka ia akan bertani dengan tetap memperhatikan ibadahnya, ia menjadikan hasil taninya sebagai sarana untuk berinfak membantu sesama, berdakwah, dan berjihad di jalan Allah swt. tanpa mengabaikan hak keluarganya. Demikian juga dengan profesi-profesi mereka lainnya, mulai dari pedagang, pegawai kantoran, politikus, ekonom, pendidik, semuanya dipersembahkan untuk Allah swt. dan kemaslahatan umat, dan mereka pun sangat hati-hati dalam menjaga keihlasan amal-amalnya.
            Inilah yang membuat syaitan kehilangan celah untuk menggoda mereka, hingga ia menyerah dan putus asa.
“Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (82). Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka (83). (Shad 38 :82-83)

2. Amanu (orang-orang yang beriman)
“Sesungguhnya tidak ada kekuatan baginya untuk menggoda orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang bertawakal kepada Tuhan mereka.
 (an-Nahl : 99)      
Mereka adalah orang-orang yang memiliki keistimewaan yang besar, yaitu mengimani dengan keyakinan yang kokoh tentang kebenaran semua hal yang disampaikan oleh Allah swt. melalui rasul-Nya, baik berupa perintah ataupun larangan, juga janji dan ancaman.
            Hal inilah yang membuat mereka mampu mengendalikan diri dengan izin Allah swt. untuk bersabar dalam melaksanakan perintah-Nya dan juga bersabar dalam berjuang untuk mengalahkan hawa nafsu demi meniggalkan larangan-Nya. meskipun itu tidak berarti bahwa mereka itu suci dan tidak pernah melakukan dosa, sebab manusia yang suci di akhir zaman hanyalah Nabi saw.

3. Yatawakkalun (Orang-orang yang bertawakkal)
“Sesungguhnya tidak ada kekuatan baginya untuk menggoda orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang bertawakal kepada Tuhan mereka.
 (an-Nahl : 99)                  
Mereka adalah orang-orang yang sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa mereka hanyalah hamba yang sangat lemah, mereka bahkan mampu menghitung titik-titik lemah yang tersebar dalam setiap-setiap gerak-gerik aktivitas kesehariannya. Inilah yang mendorong lahirnya karakter istimewa ciri khas mereka, yaitu pasrah dan berserah diri kepada Allah swt. dengan tetap berusaha sebaiak mungkin dalam setiap aktivitas amal yang mereka lakukan, baik untuk urusan dunia maupun akhirat.
            Inilah yang menjadikan 3 golongan ini sebagai golongan istimewa, yang dalam menghadapi mereka, syaitan menyerah dan putus asa.

Hukum dalam ayat ini :
1. Dianjurkan membaca ta’awwudz sebelum membaca Alquran;
“Dan jika engkau membaca Alquran, maka berlindunglah kepada Allah dari godaaan syaitan yang terkutuk.(an-Nahl:98)

2. Disunnahkan berta’awwudz sebelum mengerjakan shalat;

3. Disunnahkan membaca ta’awwudz ketika marah;

4. Lafaz ta’awwudz terbagi menjadi 4 bentuk, yaitu:
Pertama, A’udzu billahi minasy syaithanir rajim; Imam Syafi’I dan Imam Abu Hanifah menilai bahwa lafaz ini sudah mencukupi.
Kedua, A’udzu billahis Sami’il ‘Alim minasy Syaithanir rajim; Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa sebagian ulama tafsir menggunakannya.
Ketiga, A’udzu billahi minasy syaithanir rajim innallahas sami’ul ‘alim; Digunakan Imam sufyan ats-Tsauri dan al-‘Auza’i.
Keempat, Asta’idzu billahi minasy syaithanir rajim; Sebagian riwayat menyebutkan bahwa bacaan ini digunakan pula oleh Imam al-‘Auza’i.
Semua bentuk bacaan ta’awwudz ini disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

5. Isti’adzah menurut Ibnu Kastir artinya yaitu memohon perlindungan kepada Allah swt. dan bernaung di bawah lindungan-Nya dari kejahatan semua mahluk yang jahat. Beliau juga menyebutkan bahwa makna ta’awwudz adalah aku berlindung di bawah naungan Allah swt. dari godaan syaitan yang terkutuk. Agar ia tidak dapat menimpakan bahaya pada agama dan duniaku, agar syaitan tidak dapat menghalang-halangiku untuk mengerjakan apa yang diperintahkan kepadaku, serta agar ia tidak dapat mendorongku untuk mengerjakan hal-hal yang aku dilarang mengerjakannya.

6. Kata “Syaitan” menurut Ibnu Katsir berasal dari kata “Syatana”, yang maknanya adalah “Jauh”. Maksudnya yaitu jauh dari tujuan sebenarnya, yaitu kebaikan. Makna ini juga membuat kita paham bahwa inti dari agenda dan sifat syaitan adalah “Jauh”. Yaitu menjauhkan manusia dari Allah swt.

7. Ibnu Katsir juga menyebutkan bahwa makna kata “ar-Rajim” adalah jauh dari semua kebaikan dan terkutuk.
***
Bolano, 13 Rabi’ul Awal 1440 H/21 November 2018 Pkl.11.22 siang W.I.T.A
Khadim Alquran wa as-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano

Post a Comment for "Tafsir Ta'awwudz 3"