Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Haraki Surat Abasa Ayat 1-16

 

Tafsir Haraki Surat Abasa Ayat 1-16

Ayat 1-16

Bismillahirrahmanirrahim

“Dia (Nabi saw.) bermuka masam dan berpaling (1). Karena seorang buta yang telah datang kepadanya (2). Dan tahukah engkau (Nabi saw.) barangkali ia ingin menyucikan dirinya dari dosa (3). Atau dia ingin mendapat pengajaran yang memberikan manfaat kepadanya ? (4). Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5). Maka engkau memberi perhatian kepadanya (6). Padahal tidak ada cela bagimu jika ia tidak menyucikan dirinya (7). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (8). Sedang ia takut kepada Allah (9). Engkau malah mengabaikannya (10). Sekali-kali janganlah begitu! Sungguh ajaran-ajaran Allah itu adalah peringatan (11). Maka barangsiapa yang menghendaki niscaya ia akan mengingatnya (12). Dalam kitab yang dimuliakan (13). Yang Tinggi derajatnya lagi suci (14). Di tangan para malaikat (15). Yang mulia lagi berbuat kebaikan (16).

Tafsir, surat, abasa, ayat, 1, 16
foto alquran. pixabay.com

Isyarat Haraki dalam ayat ini : 

1. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap aktivis dakwah dari seluruh gerakan dakwah islam adalah kondisi perasaan dan hatinya dalam menghadapi objek dakwah yang sengaja datang kepadanya. Janganlah sampai seorang yang punya niat baik untuk bertaubat memperbaiki diri, atau untuk menambah pengetahuannya tentang agama dan gerakan dakwah, tidak terlayani dengan baik. Sebab, orang-orang yang seperti ini haruslah diutamakan pelayanan terhadap mereka, dibandingkan dengan objek dakwah yang lain, meskipun kita sedang berhadapan dengan tokoh-tokoh penting lain yang menjadi objek dakwah.

2. Salah satu strategi dakwah Rasulullah saw. adalah dengan mengundang dan mengadakan pertemuan khusus dengan para tokoh berpengaruh dari kalangan masyarakat. Hal ini patutlah dicontoh oleh berbagai gerakan islam dunia. Sebab, tokoh-tokoh berpengaruh biasanya memiliki gengsi yang tinggi untuk bergabung dengan masyarakat biasa dalam menerima dan mendengarkan seruan dakwah. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan kita tidak boleh mengabaikan masyarakat biasa yang tertarik untuk hadir pada pertemuan tersebut.

Lihat Juga:

3. Perluasan wilayah dakwah dan proyeksi terhadap target objek dakwah yang baru tidak boleh membawa akibat terabaikannya perhatian terhadap kader-kader muda dakwah.

 

4. Kekurangan fisik dari seorang kader muda dakwah dalam suatu gerakan dakwah tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikannya, meskipun hanya sekedar membuatnya untuk menunggu beberapa saat dari jadwal pertemuan untuk memberikannya pengajaran tentang ke agamaan.

5. Penjagaan dan pembinaan terhadap orang-orang yang sudah memiliki ketertarikan terhadap dakwah –khususnya para kader muda dakwah- haruslah lebih diutamakan daripada perluasan dakwah kepada toko-tokoh yang sama sekali belum tertarik dengan dakwah dan agama. Jika hal itu menyebabkan terabaikannya orang-orang yang sudah memiliki minat untuk bergabung di barisan dakwah.

6. Ada dua sifat dan ciri utama yang jika ditemukan pada orang-orang yang tertarik dengan dakwah dan agama, maka ia harus menjadi prioritas utama dalam perhatiaan dan pembinaan, yaitu:

 a. Jaa’a wa yas’a(datang ke agenda dakwah dengan penuh usaha); Hal ini dapat dilihat pada ketertarikannya untuk bisa hadir pada pengajian-pengajian umum yang diselenggarakan dalam agenda dakwah.

Dalam ilustrasi ayat ini, Abdullah bin Ummi maktum r.a, berusaha mendatangi Rasulullah saw. untuk meminta nasehat dan pengajaran tentang agama, meskipun ia dalam keadaan buta. Sebuah kondisi yang tentunya sangat menyulitkan baginya.

Dalam konteks dakwah di masyarakat, orang-orang seperti ini adalah mereka yang diketahui memiliki berbagai kesibukan mencari nafkah, kekurangan ekonomi, kekurangan fisik, dan hal yang menyulitkan lainnya saat mendatangi agenda dakwah, namun mereka tetap berusaha kuat untuk hadir dan datang.

b. Yakhsya (memiliki rasa takut kepada Allah swt); Hal ini bisa diselidiki dengan melihat konsistensinya ketika menunaikan ibadah-ibadah yang wajib seperti shalat, zikir, baca alquran, dan lain sebagainya.

7. Ada sebuah sifat dan cara berfikir pada objek dakwah yang jika ditemukan padanya, maka ia tidak boleh menjadi prioritas dalam dakwah, yaitu sifat istagna (merasa cukup dan tidak merasa butuh dengan agama dan dakwah). Sifat inilah yang digambarkan dalam ayat di atas, dan dimiliki oleh para tokoh yang sedang didakwahi oleh Nabi saw.

8. Salah satu sifat alquran yang disebut dalam ayat di atas adalah sebagai tadzkirah (peringatan). Maksudnya adalah bahwa alquran hendaklah menjadi peringatan dan juga materi utama dalam dakwah, yang tujuan utamanya adalah menjelaskan kepada seluruh umat manusia bahwa islam adalah satu-satunya jalan hidup yang akan menjamin kesejahteraan umat manusia di dunia, dan juga keselamatan mereka di akhirat kelak.

9. Meskipun demikian, manusia selalu diberi pilihan untuk beriman ataupun tidak, untuk mengikuti dan mengingat ajaran alquran ataupun tidak., dan ia akan mendapatkan balasan sesuai dengan pilihannya tersebut. sebagaimana pernyataan Allah swt. “Maka barangsiapa yang menghendaki niscaya ia akan mengingatnya (12)”

10. Ada beberapa keistimewaan alquran yang perlu diketahui oleh seorang muslim, yaitu:

1) Alquran adalah tadzkirah (peringatan bagi semua umat manusia)

2) Alquran terjaga di sisi Allah swt. dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan.

3) Alquran memiliki nilai mafu’ah (kemuliaan yang tinggi) dan muthahharah (kesucian yang tinggi) di sisi Allah swt.

4) Alquran dijaga oleh para malaikat khusus, yang mulia dan sangat baik.

Asbabun Nuzul

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa ada banyak para ahli tafsir yang menyebutkan ayat 1-16 surat Abasa turun berkenaan dengan Nabi saw. berdakwah kepada para pembesar suku Quraisy. Nabi saw. sangat menginginkan keislaman mereka, pada saat itulah sahabat Nabi saw. bernama Ibnu Ummi Maktum radhiyallahu anhu –sebagai seorang yang masuk islam pada masa awal- datang kepada Nabi saw. untuk bertanya tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan agama. Pada saat itu Nabi saw. bermuka masam karena menginginkan agar Ibnu Ummi Maktum r.a bertanya kepada Beliau saw. saat dakwah beliau saw. selesai dari para pembesar kaum Quraisy tersebut.

Inilah yang menyebabkan ayat 1-16 surat Abasa turun kepada Nabi saw. sebagai teguran atas kekeliruan beliau saw.                                          



Post a Comment for "Tafsir Haraki Surat Abasa Ayat 1-16"