Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Surat al Lahab Ayat 1 sampai 5 | Tafsir haraki

Tafsir Surat al Lahab Ayat 1 sampai 5 

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan binasa dia!) (1), Kekayaannya dan segala bentuk usahanya tidak akan bermanfaat baginya (2) (Dia akan memasuki Api yang menyala-nyala!) (3) Dan istrinya juga, yang membawa kayu bakar (4), Di lehernya ada tali Masad yang dikucir (5).

Asbabun Nuzul

Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Al-Bukhari mencatat dari Ibn `Abbas, Nabi saw. pergi ke lembah Al-Batha dan dia mendaki gunung. Kemudian dia berteriak, (Hai manusia, datanglah segera!) Maka orang-orang Quraisy berkumpul di sekelilingnya. Lalu Beliau saw. bersabda,

(Jika aku memberi tahu kamu sekalian semua bahwa musuh akan menyerang kamu sekalian di pagi hari, atau di malam hari, apakah kamu sekalian semua percaya padaku) Mereka menjawab, "Ya.'' Kemudian Beliau saw. bersabda,

(Sesungguhnya, aku adalah seorang pemberi peringatan (diutus) kepada kalian semua sebelum datangnya siksaan yang berat.) Kemudian Abu Lahab berkata, "Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?, semoga engkau binasa!'' Demikianlah, Allah swt. menurunkan surat ini. Surat ini dikategorikan oleh Ibnu Katsir sebagai salah satu surat Makiyah, yaitu surat yang turun di Mekah, pada permulaan dakwah Nabi saw.

Tafsir Surat al Lahab, Ayat 1, sampai 5 |, Tafsir haraki


Isyarat Haraki dalam Ayat ini

  • 1. Hendaklah setiap aktivis dakwah memahami bagaimana cara yang paling efektif untuk menyampaikan dakwah kepada masyarakat yang akan didakwahinya. Dalam ilustrasi di atas, Nabi saw. menggunakan cara yang cukup efektif untuk membuat suku Quraisy berkumpul dalam waktu singkat, yaitu dengan naik ke atas bukit dan berseru dari atasnya.

Dalam konteks dakwah modern, cara dakwah bisa berbagai macam sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, misalnya menggunakan live di media social, website, blog, vlog, youtube, dan lain-lain, yang di dalamnya masyarakat bisa berkumpul dan mengakses dengan mudah materi dakwah yang disampaikan.

  • 2. Cara dakwah yang paling efektif adalah dengan cara bertemu dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang akan didakwahi, inilah yang dilakukan oleh Nabi saw. dalam ilustrasi di atas. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dakwah online tidak efektif, sebab salah satu keunggulan dakwah online adalah ia mampu dijangkau oleh masyarakat dengan cepat, dari berbagai tempat, tanpa batas waktu dan tempat.
  • 3. Tantangan dalam dakwah adalah sebuah kepastian, bahkan terkadang munculnya dari kalangan keluarga terdekat sang dai. Dalam kisah di atas, Nabi saw. didustakan oleh paman Beliau sendiri, yaitu Abu Lahab yang merupakan salah satu keluarga dekat Nabi saw. yang sangat keras permusuhannya terhadap dakwah Nabi saw. hingga kematiannya. Hendaklah para dai menyikapi hal ini secara bijaksana, tidak menampilkan perangai yang justru membuat umat jauh dari dakwah.
  • 4. Setiap penggerak dakwah akan menemukan musuh terbesarnya dari kalangan manusia, yang akan berusaha sekuat tenaga menghalangi dakwahnya agar tidak didengar, tidak dipercaya, dan tidak diikuti oleh umat di sekitarnya. Hal ini adalah sunnatullah dalam kehidupan para aktivis dakwah, yang dengannya Allah swt. akan mengangkat derajatnya, hal ini pulalah yang dialami Nabi saw. dari pamannya sendiri.

Hal ini dapat kita lihat dalam riwayat yang disebutkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dalam kitab Musnadnya berikut:

Dari Rabi’ah bin Ibad ra. ia berkata: Aku melihat Nabi saw. pada masa jahiliyah di pasar Dzul majaz, Beliau saw. bersabda:”Wahai sekalian manusia! katakanlah “Laa Ilaaha Ilallah” maka kalian akan beruntung”, orang-orangpun berkumpul disekitar beliau SAW., pada saat itu di belakang Beliau saw. ada seorang laki-laki yang wajahnya memerah dan berkata: Sesungguhnya ia adalah seorang anak yang pendusta”. Orang tersebut terus mengikuti kemanapun Nabi saw. pergi. Maka akupun bertanya kepada orang-orang siapa laki-laki itu, mereka menjawab: itu adalah pamannya yang bernama Abu Lahab”.

  • 5. Arti kata “Tabbats” dalam ayat pertama surat ini menurut Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab tafsirnya adalah kerugian dan kehilangan yang membuat hilangnya segala amal dan usaha seseorang. Ibnu Katsir rahimahullah juga menyebutkan bahwa arti kata “Tabba”di akhir ayat pertama adalah seseorang yang benar-benar sangat rugi dalam kehidupannya dengan kerugian yang hakiki, yang akan membuatnya binasa. Kedua Kata inilah yang digunakan oleh al-Qur’an untuk menyifati Abu Lahab karena telah menantang dakwah Nabi saw.
  • 6. Dari ayat pertama terkandung hikmah bahwa seluruh kalangan yang berusaha menentang berbagai usaha dan perjuangan dakwah, akan menyandang dan mengalami status dan sifat “tabbats” dan “tabba” yang keduanya bermakna kerugian dan kehancuran dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat.
  • 7. Ayat kedua dalam surat ini merupakan kalimat keputusan hukuman bagi orang-orang yang menentang dakwah, yaitu pencabutan keberkahan dari harta, keluarga dan anak, serta berbagai hal yang dimiliki oleh seorang musuh dakwah dalam hidupnya. Sehingga ia tidak akan merasa kaya meski banyak harta, serta akan kehilangan kebahagiaan dari semua hal yang dimilikinya.
  • 8. Terdapat sejumlah ulama yang mengatakan bahwa arti kata “Wa Maa Kasab” di akhir ayat kedua ini adalah anak-anak. Para ulama yang berpendapat demikian yaitu Ibnu Abbas ra., Aisyah ra., Imam Mujahid, Atha’, Hasan al-Bashri, dan Ibnu Sirrin.   

Dengan makna ini, maka kehilangan keberkahan dan kemanfaatan dari anak-anak dan keturunan yang dimiliki adalah salah satu dari bentuk hukuman Allah swt. kepada para musuh agama dan dakwah.

  • 9. Ayat ketiga dalam surat ini adalah pemberian kabar hukuman di akhirat dari Allah swt. kepada para musuh agama dan dakwah bahwa mereka akan masuk ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala. Dengan ayat ketiga ini, lengkap sudah penderitaan orang-orang yang tidak suka dengan agama ini, yaitu akan dihukum di dunia dengan kehilangan berkah dan manfaat harta dan keturunan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat kedua, serta di akhirat akan diazab dengan siksa yang sangat pedih. Naudzubillah.
  • 10. Ayat keempat dalam surat ini menggambarkan bahwa seringkali para tokoh yang memusuhi agama dan dakwah dibantu oleh para istri-istri mereka. Hal ini dengan tujuan untuk semakin memperkuat dan memperparah kerusakan yang sudah dibuat terlebih dahulu oleh suami-suami mereka. Untuk menghadapi hal seperti ini, sudah sepantasnya para dai juga memaksimalkan peran istri-istri mereka juga dalam membendung arus yang merusak agama dan dakwah di kalangan para wanita, khususnya para ibu rumah tangga.
  • 11. Arti kalimat “Membawa kayu bakar” dalam ayat keempat surat ini adalah berjalan dengan menyebarkan fitnah dan berita dusta tentang Nabi saw. Para ulama yang menyebutkan makna ini adalah Imam Ibnu Jarir dalam tafsirnya, Imam Mujahid, Ikrimah, Hasan al-Bashri, Qatadah, Sufyan ats-Tsauri, dan Imam as-Sudiy rahimahumullah.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa hal ini juga merupakan penyebutan kebiasaan dari istri Abu Lahab yang sering meletakkan kayu berduri di jalan yang akan dilalui nabi Saw. saat akan keluar untuk shalat.

 

 

 

 

Post a Comment for "Tafsir Surat al Lahab Ayat 1 sampai 5 | Tafsir haraki"