Menjaga konsistensi (keistiqomahan) menghafal Al-Qur'an
Rahasia semangat Hafalan
Suatu ketika ana menerima pertanyaan melalui Page Facebook ana "Quantum Tahfiz For Aktivis", pertanyaan tersebut berbunyi:
Suatu ketika ana menerima pertanyaan melalui Page Facebook ana "Quantum Tahfiz For Aktivis", pertanyaan tersebut berbunyi:
Assalamu'alaikum. 'afwan ana mau nnya. gmn cara mnumbuhkan
konsistensi n komitmen dl murajaah hafalan. ana mulai mghapal dr 'aliyah,
brlnjut hngga skrg. tp smngat naik turun. dr 'aliyah smpai S1 ana mhpalny
mndiri tnpa guru. stlh dbndung ini bru ad tmpat nytor. tp ana srg trkndala dgn
murojaah. slh stu pnybabny adl krg bsa mnjemen wktu n aktivitas kuliah..
Syukron jazaakallah ats solusiny...
Bismillahirrahmanirrahim…..
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah
mengilhamkan kepada kita semua kecintaan terhadap kitab-Nya, sunnah-sunnah
Rasul-Nya, dan juga jalan dakwah kepada keduanya. Semoga Allah SWT,
menjadikan kita di antara orang-orang
yang komitmen dan istiqomah dalam
menjaga suburnya hidayah tersebut.
Sebenarnya, sudah sering ana mendapat
pertanyaan dengan inti yang sama dengan pertanyaan di atas dari kaum muslimin
yang di anugerahi oleh Allah SWT kecintaan terhadap hafalan Al-Qur'an.
Ana sering mengilustrasikan bahwa
menghafalkan Al-Qur'an itu seperti kita menanam sebuah pohon buah-buahan. Sejak
hari pertama dalam tahun pertama kita memilih untuk menjalani proses menghafal,
maka sejak saat itulah ibaratnya kita telah menanam benih tanaman yang kita
pilih. Kesadaran yang selanjutnya harus kita tanamkan dalam hati ialah bahwa mengharapkan
buah dari pohon yang baru saja di tanam adalah suatu kemustahilan yang melawan hukum
alam. Saat kita dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan hanyalah
kesabaran untuk terus menjaga benih tanaman tersebut dengan naungan cinta dan
doa dalam penantian yang panjang, hingga ia tumbuh menjadi sebuah pohon yang
kokoh, menghasilkan buah dan manfaat bagi umat di sekitarnya. Haruslah kita
sadari pula, bahwa pohon yang kokoh dan memiliki buah secara alami tidak bisa
dihasilkan dalam waktu yang singkat, tidak hanya berbulan-bulan, namun
bertahun-tahun, dengan perawatan yang serius dan terjadwal . Inilah yang
dimaksud dengan pernyataan "Dalam menghafal Al-Qur'an, yang terbatas
waktunya hanyalah waktu untuk menyetorkan hafalan, sedangkan waktu untuk
menjaga dan mengulangnya adalah seumur hidup."
Selanjutnya, dalam menjalani hari-hari yang
panjang dalam proses menghafal ataupun menjaga hafalan Al-Qur'an, tidak sedikit
para penghafal Al-Qur'an yang patah semangat dan kehilangan motivasi dalam
menjaga hafalannya, ketika berhadapan dengan ujian kesibukan dan berbagai
masalah keseharian dalam kehidupannya. Hal Ini sebenarnya sebuah sunnatullah,
bahwa komitmen sebagai penghafal dan pecinta Al-Qur'an tidaklah teruji ketika
kita masih berada dalam lingkungan pesantren, ataupun ketika kita masih
bersama-sama dengan komunitas para penghafal Al-Qur'an. Akan tetapi, ujian
komitmen akan terjadi ketika yang ada hanyalah diri kita sendiri yang
berhadapan dengan berbagai kesibukan yang menyita waktu dan konsentrasi kita.
Dalam menghadapi hal seperti ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
menjaga keistiqomahan, yaitu membaca biografi para ulama yang hafal Al-Qur'an,
berusaha menanamkan komitmen dengan kembali menanyakan kepada diri sendiri
mengenai tujuan dan niat awal mengapa saya menghafal Al-Qur'an, dan lain-lain.
Harus pula disadari bahwa lupa adalah salah
satu nikmat yang diberikan Allah untuk para penghafal Al-Qur'an. Dengan lupa,
seseorang akan senantiasa bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya, dengan
takut lupa seseorang akan terus memperbanyak tilawah harian terhadap
hafalannya, sehingga dengan aktivitas tersebut yang berlangsung dalam waktu
selama hidupnya di dunia, ia kemudian menghadap Allah dengan gelar yang
sebenarnya sebagai ahli Al-Qur'an. Harus diingat bahwa seorang penghafal
Al-Qur'an dimuliakan bukan karena kuatnya hafalannya terhadap Al-Qur'an, namun
ia dimuliakan karena kerja keras dan kedekatannya dengan Al-Qur'an.
Oleh karena itu, jangan pernah bersedih
dengan hafalan yang terlupa, namun sedihlah jika tidak sempat meluangkan waktu
untuk mengulang hafalan. Kesedihan karena hafalan yang terlupa hanya akan
mengakibatkan keputus asaan, sementara kesedihan akibat tidak adanya waktu
mengulang hafalan akan mengarahkan kita pada keseriusan dalam memanajemen dan
memanfaatkan waktu kita.
Sebagai penutup, teknik yang harus dicoba
dalam mengulang hafalan adalah menargetkan penguatan beberapa juz tertentu
dalam satu tahun, misalnya:
2013: Menguatkan Juz 29,30,1,2,3
2014: Menguatkan Juz 28,27,4,5
Setelah juz target di atas ditentukan, buatkan sebuah jadwal
rutin pada hari tertentu yang kosong dari aktivitas pada setiap minggunya,
khususnya pada waktu liburan akhir pekan, misalnya Setiap hari sabtu dan ahad
sore setelah magrib-isya. Harus diingat pula bahwa jangan pernah menargetkan
jumlah penguatan hafalan pada banyak juz secara terburu-buru pada waktu yang
singkat, tapi nikmatilah prosesnya sedikit demi sedikit.
Walllahu A`lam
Bolano (Sulawesi Tengah), 20 Juni 2013
Pkl.08.07 WITA
Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah
Aswin Ahdir Bolano
Posting Komentar untuk "Menjaga konsistensi (keistiqomahan) menghafal Al-Qur'an"