Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Hati Tak Bisa Mendua

Ketika Hati Berbicara
Ketika Hati Tak Bisa Mendua
Suatu ketika saya kembali menerima pertanyaan melalui SMS:
Aslm, akh.. Apa sih maksud/tafsir dari ayat 4 surat al-ahzab kalimat pertama "Maa ja`ala laahu li rojulim min qolbaini fii jaufihii", Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya. Nuhun?


Bismillahirrahmanirrahim…..
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita kecintaan terhadap ilmu-ilmu dan pengetahuan mengenai kitab-Nya yang mulia dan sunnah Rasul-Nya yang suci. Shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah SAW, semoga Allah SWT mempertemukan dengan beliau di surga-Nya.
Ayat yang dimaksud dalam pertanyaan di atas adalah:
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ

"Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam dadanya".
 (al-Ahzab 33:4)
Dalam membahas tafsir mengenai potongan ayat ini, Imam Ibnu Jarir –semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab tafsirnya (Tafsir  al-Thabari) menyebutkan beberapa riwayat, yaitu:
1. Seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu `Anhu mengenai makna ayat ini, maka beliau mengatakan,"Suatu ketika Rasulullah SAW shalat (berjamaah) dan beliau terlupa (dalam shalatnya), maka orang-orang munafiq yang saat itu shalat bersama beliau berkata,"Sesungguhnya ia memiliki dua hati, yaitu hati bersama kalian (orang-orang munafiq) dan hati bersama mereka (orang-orang beriman). Maka Allah SWT menurunkan potongan ayat ini sebagai bantahan terhadap perkataan mereka.
2. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas bahwa pada suku Quraisy terdapat seseorang yang dikenal dengan julukan pemilik dua hati, maka Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai bantahannya.
3. Diriwayatkan dari Imam Mujahid (salah seorang murid Ibnu Abbas) –semoga Allah SWT merahmati beliau- bahwa seorang laki-laki dari Bani Fahr berkata,"Sesungguhnya di dalam dadaku terdapat dua hati yang aku berpikir dengan menggunakan keduanya dan lebih utama daripada akal yang diberikan kepada Muhammad." Maka Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai bukti kedustaannya.
Setelah menyebutkan riwayat-riwayat di atas, Ibnu Jarir memberikan statement kesimpulan bahwa inti dari ayat ini adalah bantahan terhadap orang-orang yang mengaku ataupun menyifati seseorang sebagai pemiliki dua hati dalam rongga dadanya.
Komentar Ana:
Salah satu kemukjizatan yan dimiliki oleh Al-Qur'an adalah kandungan makna dan penafsiran yang sangat luas, yang tidak hanya bergantung pada sempitnya konteks turunnya ayat, tetapi mencakup seluruh makna yang bisa ditangkap dan lahir dari kandungan dan pemaknaan suatu ayat.
Oleh karena itu, dalam merenungi dan menyelami luasnnya makna yang bisa kita singkap dari suatu ayat, kita tidak boleh membatasi pemahaman hanya dengan konteks asbab an-nuzul. Renunguilah dan petiklah sebanyak mungkin hikmah dan pelajaran yang bisa diambil, baik secara tersurat (tekstual) maupun kontekstual, karena setiap ayat dari Al-Qur'an adalah ibarat sebuah mata air yang jika terus digali, maka akan lahir dan ditemukan hal-hal yang senantiasa baru. Inilah maksud kaidah tafsir:
"al-Ibrah bi `Umum al-Lafzi La bi khusush al-Shabab"
"Ibrah (hikmah Al-Qur'an) itu terdapat pada keumuman (cakupan) lafaz, bukan pada khususan sebab (turunnya)"
Demikian pula berkaitan makna ayat di atas, berikut ini ana akan coba mengungkap beberapa isyarat yang bisa ditangkap dari ayat di atas, yaitu:
   1. Hati yang cenderung kepada sesuatu, tidak akan bisa berpaling kecenderungannya kepada sesuatu yang lain; ana katakan bahwa ini berbicara tentang psikologi, yang bahasannya adalah perasaan dan hati. Misalnya, jika seseorang tertarik dan cinta kepada seseorang, maka pada saat yang sama ia tidak akan mencintai seseorang yang lain. Dari sisi inilah kemudian lahir lagi banyak hikmah yang lain, yaitu pentingya menjaga pandangan dan hati, serta mewaspadai potensi fitnah dari hati ini –semoga Allah SWT menjaga kita semuanya-.
2. Ana sampaikan bahwa menjaga perasaan dan hati memang sangat ditekankan kepada kaum muslimin, khususnya para aktivis dakwah yang belum berumah tangga. Karena potensi fitnahnya sangat besar sekali, khususnya ketika antum antunna menjabat pada posisi-posisi yang strategis dan memicu banyaknya interaksi antar ikhwan dan akhawat. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa yang sudah berumah tangga pun sudah sampai pada titik aman, karena sudah sangat banyak rumah tangga yang terpaksa pecah dan berantakan akibat tidak terjaganya hati, baik ikhwan ataupun akhawat.
  3. Harus kita akui bahwa jika hati kita telah condong, terlalu fokus dan tertarik kepada sesuatu, maka jika kita  tidak hati-hati, tidak akan ada lagi tempat untuk hal yang lain; Hal ini haruslah menjadi titik kehati-hatian kita bersama sebagai aktivis dakwah. Karena terkadang, dengan alasan ingin konsentrasi mencari penghidupan di tempat kerja, ingin konsentrasi mengurus rumah tangga, dan ingin konsentrasi-konsentrasi yang lain, sedikit demi sedikit mengeser perhatian kita dari berkontribusi dalam agenda dan amanah dalam dakwah ini.
4. Pada point terakhir ini saya ingin berbicara secara khusus  kepada para pengemban amanah dan anugerah hafalan Al-Qur'an. Seorang penghafal Al-Qur'an yang sesungguhnya adalah seseorang yang sangat menyadari bahwa kecenderungan dan ketertarikan hati kepada Al-Qur'an adalah modal dan sumber dorongan utama dalam memunculkan motivasi dan gerak untuk terus berusaha mempertahankan dan mengulang hafalan. Jika hati seorang penghafal Al-Qur'an sudah terlalu focus dengan hal-hal lain yang menjadi ujian baginya, seperti aktivitas kerja, mengurus keluarga, dan lain sebagainya maka akan hilanglah motivasi dan konsentrasinya dalam menjaga hafalannya. Oleh karena itu, proporsional dalam menjalankan semua aktivitas dan amanah adalah solusi satu-satunya yang harus dilatih dalam kehidupan ini, dan Hanya kepada Allah SWT kita memohon agar diistiqomahkan di dalam menjaga dan menghafalkan kitab-Nya yang mulia.
Semoga risalah singkat ini bermanfaat untuk semua….amien
Bolano (Sulawesi Tengah), Selasa 16 Juli 2013 Pkl.22.32 WITA

Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano


Post a Comment for "Ketika Hati Tak Bisa Mendua"